KOPTIK ORTODOK
GEREJA ALEKSANDREA
KEUSKUPAN MOKATTAM
DAN DAERAH SEKITARNYA
Awal Kehidupannya
Santo Simon dikenal begitu saja layaknya sebuah bintang yang bersinar, begitu juga menghilang dengan cara sama. Sejarah tidak mencatat awal kehidupannya sama sekali sehingga kita tidak pernah tahu dimana ia dilahirkan dan dibesarkan atau siapakah ayah dan ibunya. Tentu Tuhan Allahlah yang membuat mukjizat ini terjadi, melalui Santo Simonlah pesan Tuhan Allah disampaikan pada manusia dan tanpa campur tangan Tuhan kita tak akan pernah mendengar nama Santo Simon. Banyak orang-orang kudus yang sebenarnya belum kita ketahui, keadaan mereka seperti tak tampak dari dunia. Bukankah hal ini mirip dengan kasus Nabi Elia?! Bukankah nabi yang sama ini kemudian mengatakan pada Tuhan bahwa “Aku lah yang terakhir” (1 Raja-raja 19:10).
Bagaimana Tuhan menjawabnya, “Tetapi aku akan meninggalkan tujuhribu orang di Israel yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia”(1 Raja-raja 19:18).
Begitu ajaibnya! Tujuh ribu orang yang berasal dari Allah dan Nabi Elia sendiri tidak mengenal mereka! Saudaraku terkasih, Orang-orang tersebut tidak semua buruk. Lihatlah sekelilingmu, Tuhan akan menunjukkan padamu kehidupan orang-orang kudus yang tidak mampu kamu kenal pada jamanmu. Santo Simon The Tanner adalah salah satu dari orang kudus yang tak banyak dikenal. Walaupun kita tidak mengetahui hal-hal mengenai kelahirannya, sejarah mencatat bahwa ia berada di Babilonia (Kairo Tua) pada masa pemerintahan Bapa Patriak Abram the Syirian (975-979 M) yang bertahta pada masa Al Mu’iz Li Din Illah, kaisar pertama dalam dinasti Famitid.

Tuhan Allah yang terkasih, aku bersyukur padaMu atas awan para kudusMu yang mewarnai gereja. Aku bersyukur karena Kau meninggalkan banyak anak-anak terang disetiap generasi manusia. Kau melindungiku dari keputusasaan, seperti kisah kehidupan Nabi Elia yang rela mengorbankan dirinya demi kemuliaan namaMu. Allah, buatlah aku teguh dan setia akan harapanku padaMu sebab Kau tak memberikanku rasa takut dan cemas, namun memberikan kekuatan cinta, pertolongan dan pengendalian diri.Amin.
Pekerjaan Yang Digeluti
Pada jaman dimana orang-orang Koptik bergelut dengan kerajinan tangan, seperti yang sebelumnya dijelaskan, Santo Simon juga bergelut dengan pekerjaan yang tersebar diseluruh Babilonia ini. Kerajinan tangan ini disebut dengan tanning (mengeringkan kulit binatang dan menjemurnya agar berwarna lebih gelap untuk dijadikan bahan kerajinan kulit). Pada masa itu, kerajianan tangan ini sangat terkenal di seluruh Kota Kairo Tua (Babilonia). Pekerjaan yang masih berkaitan dengan tanning ialah membuat sepatu dari kulit. Karena itulah, Santo Simon mendapat julukan : Simon The Tanner Simon The Cobbler Simon The Shoemaker Pekerjaan ini juga pernah dilakukan oleh Santo Ananaias, Bapa Patriak pertama Gereja Koptik setelah Santo Markus. Santo Markus pernah berkeliling Kota Aleksandria dan pergi ke tukang sepatu untuk memperbaiki sepatunya yang rusak. Namun ketika alat yang digunakan untuk memperbaiki sepatu itu melukai tangan si tukang sepatu, Santo Markus berteriak “Ious Theos” yang berarti “Oh Satu Tuhan/Tuhan itu satu”. Santo Markus menggunakan ungkapan ini untuk memuliakan tukang sepatu yang sangat mengimani kehidupan Yesus Kristus. Si tukang sepatu itu tak lain adalah Santo Ananaias yang kemudian melanjutkan pemerintahan Santo Markus sebagai Bapa Patriak baru.

Tuhan Allahku Yesus Kristus, aku bersyukur padaMu atas pekerjaan yang Kau berikan padaku. Terimakasih atas kemampuan berpikir yang kau berikan sehingga aku dapat belajat banyak dari pekerjaanku. Tuhan Allah, ijinkan aku melakukannya demi kemulian namaMu. Berikan aku kejujuran kristiani untuk melakukan pekerjaan ini sehingga banyak orang akan memandang hasil baik dari pekerjaanku dan kemudian ikut memuliakan Bapa disurga. Amin.
Kesucian Santo Simon
Ketika Santo Simon sedang melakukan pekerjaannya sebagai pembuat sepatu, ada seorang wanita yang datang dan berniat untuk memperbaiki sepatunya. Wanita ini sangat cantik jelita. Ketika wanita itu menanggalkan sepatunya, pahanya terlihat dan Simon memandang wanita itu dengan penuh birahi. Namun kemudian, ia menusuk matanya dengan awl (semacam jarum) yang ia gunakan untuk membuat sepatu dan mencungkil bola matanya. Ia melakukan hal ini sesuai dengan perintah Allah di dalam kitab suci yang mengatakan bahwa “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah an buanglah itu karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu utuh dicampakkan kedalam neraka” (Matius 5 :28-29).
Betapa indahnya sejarah gereja dengan berbagai cerita tentang para martir atau para kudusnya. Tentu saja cerita ini juga mengikuti cerita yang ada di dalam Kitab Suci tentang kisah-kisah para kudus. Kitab suci menceritakan satu pola yang sama, yaitu menyebutkan kelemahan yang dimiliki oleh para kudus tersebut dan dengan kuasa Allah akhirnya kelemahan itu dapat diubah menjadi kekuatan sehingga hidup mereka bagaikan bangkit dari kegelapan. Bukankah Kitab Suci menyebutkannya didalam kehidupan Abraham bapa bangsa orang yang percaya pada Allah dalam kitab Kejadian 12:13 ,dan kehidupan Daud di dalam kitab 2 Samuel 11. Bahkan Santo Paulus sendiri yang adalah guru kita semua pernah berkata “Meskipun dulu aku adalah pendosa dan pembunuh dan seorang yang kejam, Tuhan menunjukkan kemurahannya padaku karena memang aku telah berbuat sembarang dan tidak percaya padaNya (1 Timotius 1:13).
Iya, saudaraku terkasih, begitu indahnya berkat Kristus, berkatnya mengangkat kita dari kelemahan menuju kekuatan, berkatnya bahkan melepas semua derita manusia dan mentahtakannya di tempat yang layak. Santo Simon melakukan semua perintah Allah dengan mutlak. Oregon juga pernah melakukan hal yang sama sebelumnya, ia melakukan perintah Allah di dalam Kitab Suci secara mutlak “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya dan ada orang yang dijadikan demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga” (Matius 19:12). Para kudus tersebut telah melakukan perintah Allah didalam Kitab Suci secara harafiah meskipun gereja tidak mengijinkannya. Gereja memang memberikan toleransi tetapi ketika Oregon mengebiri dirinya sendiri agar ia jauh dari dosa, gereja mengucilkannya walaupun statusnya sebagai bapa gerejawi yang bijak karena bagi gereja Tuhan Allah tidak berkmasud agar perintahNya dilakukan secara harafiah. Oregon berkata bahwa ia telah mematikan keinginan dagingnya seperti yang Gereja ajarkan pada kita untuk “Bunuhlah keinginan daging kami, Oh Kristus Tuhan”. Hal ini sama dengan apa yang dimaksud Santo Paulus ketika ia mengatakan “Janganlah tubuhmu dikuasai oleh dosa” (Roma 6:11)

Tuhanku Yesus Kristus, aku bersyukur atas tubuhku yang suci, murni dan yang membenci kelaliman. Kaulah yang telah membuat bagian-bagian tubuhku untuk membenci kelaliman dan dosa. Berikanlah aku rasa percaya akan kehadiranMu didalam hatiku. Kau dapat mengubah kehidupanku yang lalu menjadi kehidupan yang lebih suci. Tuhan, ajarkan aku agar dapat menyerahkan segalanya kepada Roh KudusMu sehingga ia dapat berkarya di dalam diriku dan merusak semua banteng dosaku. Ijinkan aku meneladai kehidupan Santo Simon The Tanner yang kudus dan suci.Amin.
Keteguhan Dan Kesetiaannya Pada Agama
Keteguhan Santo Simon dibuktikan dengan percakapannya dengan Bapa Patriak Abram. Perjumpaannya dengan Santa Maria juga menjadi bukti betapa teguh imannya. Ia mengatakan bahwa “Aku makan sedikit hanya agar aku tetap hidup”. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa ia hidup berkekurangan dengan cara makan sedikit dan tidak berlebihan. Menahan nafsu makan dan berpuasa atau makan sedikit saja adalah salah satu ciri ketaatan pada agama dan sebuah simbol kekudusan. Maka kita sering mendengar para kudus berpuasa. Santo Anba Bola The Anchorite mengatakan bahwa ia hanya makan setengah potong roti. Santa Sara juga mengatakan bahwa “Mulut yang kau jaga dari air tidak akan meminta anggur dan perut yang kau jaga dari roti tidak akan meminta daging” Satu lagi simbol dari keteguhannya adalah caranya berpakaian. Pada suatu hari, ia pergi ke gunung bersama dengan Bapa Patriak Abram yang mengenakan pakaian yang indah. Santo Simon hanya memakai pakaian seadanya nan lusuh yang biasa ia gunakan untuk pergi bekerja.
Kita tidak mengatakan bahwa ketidakbersihan pakaian ialah simbol kekudusan. Bapa Patriak pun juga memakai pakaian yang indah dan mahal saat pesta geraja. Kita ingin menyimpulkan bahwa “janganlah berlebih-lebihan dalam mengenakan pakaian karena hanya akan membanggakan diri sendiri dan lupa akan Tuhan” (1 Timotius 2:9).
Santo Simon adalah salah satu contoh orang-orang yang teguh dan setia pada ajaran Kristus seperti Santo Bola, Santo Ruweis, Santo Barsum dll. Bukankah hal ini mengingatkan kita akan kekuatan Roh Kudus yang sangat berbeda dengan kekuatan daging? Bukankah hal ini mengingatkan kita pada Santo Yohanes Pembaptis yang hanya mengenakan bulu unta, memakan madu dan belalang liar? Kitab Sucipun mengatakan bahwa “Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu bahwa ia adalah orang yang benar dan suci jadi ia melidunginya. Tetapi ketika ia mendengarkan Yohanes, hatinya terombang-ambing namun ia senang juga mendengarkannya” (Markus 6 : 20).
Dan begitupula Santo Simon juga mengilhami kehidupan Yohanes yang sederhana karena ada tertulis dalam 2 Korintus 4: 18 bahwa kami tidak memperhatikan apa yang kelihatan melainkan yang tak kelihatan karena yang kelihatan adalah sementara sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
Kekuatan Devosinya
Rahasia kehidupan Santo Simon yang terberkati terletak pada kekuatan doanya. Ia adalah seorang pendoa yang setia. Hal ini dapat dibuktikan dari percakapannya dengan Bapa Patriak Abram. Ia mengatakan bahwa “Ketika senja tiba, aku berhenti bekerja kemudian makan sedikit saja agar tetap hidup. Kemudian aku berdoa semalam suntuk” Doa adalah rahasia kehidupan kudus para santo sebab doa mempererat hubungan persahabatan Tuhan dengan orang-orang yang sungguh percaya. Maka dari itu, orang-orang yang percaya akan menikmati setiap waktu mereka dengan kehadiran Allah. Inilah cara hidup Yesus Kristus yang sederhana dan setia dalam doa. Ada tertulis dalam Kitab Suci “Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi keluar, ia pergi ke tempat sunyi dan berdoa” (Markus 1:35).
Ada pula tertulis “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit dan berdoa semalam-malaman kepada Allah” (Lukas 6:12).
Daud pun mengajari kita untuk menjadi pendoa (Mazmur 109:4).
Begitupun Maria yang memilih untuk duduk dikaki Yesus dan mendengarkanNya “Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya” (Lukas 10:42).
Ketika kebesaran Allah dinyatakan pada manusia, pada orang-orang yang percaya, Daud ingin sekali melihat kebesaranNya sehingga ia berkata “Satu hal yang kuminta pada Tuhan, itulah yang kuingini;diam dirumah Tuhan seumur hidupku menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati baitNya” (Mazmur 27:4).
Dalam hal ini pula, Santo Arsenius menghabiskan waktunya berdoa semalam suntuk kepada Allah, sama seperti Santo Simon The Tanner. Mereka rela menghabiskan waktunya untuk berdevosi kepada Allah.

Tuhan Yesusku, betapa aku begitu membutuhkan persatuanku denganMu didalam doa seperti para kudus telah mengajarkanku. Aku mohon, Tuhan Allahku, buatlah aku agar setia disampingMu dan bukalah mataku agar aku dapat merasakan kemurahan dan kebesaranMu didalam persahabatanku denganMu. Bangkitkanlah jiwaku dari kemalasannya dan hidupkanlah rohku dari tidur panjangnya yang lemah sehingga jiwa dan rohku mampu menuju doa yang menjadi berkat bagi semua. Amin.
Jasa-Jasanya
Santo Simon dalam kehidupan pribadinya seperti yang ia ceritakan pada Anba Abram telah melayani orang lanjut usia dan orang sakit. Setiap hari, ia membawakan mereka air. Ia berkata “Aku bangun pagi-pagi sekali setiap hari dan mengisi bejana air. Bejana yang penuh air itu aku bawa kepada orang lanjut usia dan orang sakit sebab mereka tak mampu lagi mengambil air karena usianya yang tua atau karena sakitnya. Ketika aku selesai melayani mereka, aku kembali bekerja” Pelayanan yang dilakukan Santo Simon The Tanner adalah suatu hal yang tampaknya sangat biasa bagi orang lain. Namun pelayanannya yang tulus itu sangat mulia dimata Tuhan. Tuhan pun juga berkata bahwa “Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir sajapn kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, aku berkata padamu :Sesungguhnya ia tak akan kehilangan upahnya dari padanya” (Matius 10:42)
Banyak orang mencoba melakukan hal besar dalam hal pelayanan, tetapi hamba yang sederhana memilih melakukan pekerjaan sederhana dan melakukannya demi kemuliaan Allah. Selain memberi air pada orang-orang lanjut usia dan sakit, Santo Simon juga “membagikan roti pada petapa dibiara-biara, baik itu laki-laki maupun perempuan”. Santo Simon ialah seorang kudus yang murah hati.
Kerendahan Hatinya
Santo Simon sangat rendah hati dan kita dapat menemukan buktinya dalam kisah-kisah ini: Ketika Bunda Maria menyatakan berkatnya pada Bapa Patriak, Bapa Patriak meminta Santo Simon untuk melakukan mukjizat. Namun Santo Simon berkata “Ampunilah aku Bapa, aku ini orang berdosa” Begitu indahnya perkataan Santo Simon yang menunjukkan kerendahan hatinya. Bukankah hal ini mengingatkan kita pada Santo Petrus ketika ia berkata pada Yesus “Tuhan pergilah dari padaku karena aku ini orang berdosa” (Lukas 5:8).
Santo Paulus pun juga pernah berkata “Kritus Yesus datang kedunia untuk menyelamatkan orang berdosa dan diantaranya akulah yang paling berdosa” (1 Timotius 1:15).
B) Ketika Bapa Patriak memintanya bercerita tentang kehidupannya didalam Allah, ia memang menceritakannya tetapi pada akhir percakapan Santo Simon memohon pada Bapa Patriak agar tak menceritakan kehidupannya pada siapapun didunia ini selama masa hidupnya. Ia berkata “Aku mohon Bapa, jangan menceritakan kehidupanku pada siapapun sebab aku tidak ingin dipuji oleh siapapun”. Santo Simon banyak belajar kerendahan hati dari para gurunya untuk tidak “menerima pujian dari siapapun”(Yohanes 5:41).
Ia pun juga mengajarkan pada muridnya “Jangan menceritakan pengelihatan itu pada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara oang mati” (Matius 17:9).
Kerendahan hati Santo Simon juga terbukti didalam kisahnya pada saat Bapa Patriak memintanya untuk membuat mukjizat. Waktu itu Santo Simon tetap berdiri di belakang banyak orang dan berkata pada Bapa Patriak bahwa “ia tidak ingin ada satu orang pun yang tau bahwa ia yang melakukan mukjizat”. Ia kemudian berbaur dengan orang-orang itu, mengunci mulutnya dan tidak bergerak sehingga orang tidak akan menyadari bahwa ia lah yang sedang melakukan mukjizat. Betapa indahnya kerendahan hatinya! Hal lain yang menunjukkan kerendahan hatinya adalah pada saat ia selesai melakukan mukjizat, Bapa Patriak menoleh kebelakang dan mencarinya tetapi Santo Simon menghilang dan tak pernah terlihat lagi. Kemanakah ia pergi? Apakah ia pergi atas keinginannya sendiri sehingga orang tidak akan tahu tentang dirinya agar ia tidak mendapat pujian dari orang-orang itu? Kehidupannya begitu rendah hati sehingga ia melakukan semuanya didalam nama Kristus, bukan atas kepentingan dirinya sendiri. Kehidupannya adalah teladan yang nyata dari ayat berikut “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30).

Oh, sungguh aku membutuhkanMu Tuhanku untuk membuatku hidup didalam kerendahan hati, belajar dari padaMu sebab hatimu begitu rendah hati dan lembut agar aku dapat menemukan kedamaian jiwaku! Oh Tuhan, sering aku melihat kesombonganku tetapi buatlah aku membuang kesombonganku sebab Kau lah Allah yang besar. Oh Tuhan, Jangan biarkan aku terjerat dalam kesombonganku sebab aku hanya hamba yang kecil. Bantulah aku melakukannya mulai dari sekarang.Amin.
Kekuatan Imannya
Ketika kesengsaraan menyerang seluruh gereja dan Bapa Patriak Abram diselimuti kebingungan yang luar biasa, Santo Simon tetap teguh dan percaya pada kekuaran dan kebesaran Allah. Ia berkata pada Bapa Patriak “Bapa, pergilah ke atas gunung seperti yang khalif (pemimpin agama dan politik Muslim) katakana padamu dank au akan melihat kemuliaan Allah” Semua terjadi sesuai dengan apa yang diyakininya. Mukjizat dan mukjizat itu terjadi, gunung itu telah berpindah dari tempat asalnya sebab ia sangat percaya pada firman Allah “Sesungguhnya sekiranya kamu punya iman sebiji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini. Pindah dari tempat ini kesana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20)
Inilah teladan hidup para kudus kita “yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan dari tentara asing... Dunia ini tidak layak bagi mereka” (Ibrani 11:33-38).
Akhir Hidupnya
Santo Simon, seperti yang kita ketahui sebelumya bahwa, awal hidupnya, awal dimana ia dikenal bagaikan bintang yang bersinar, ia muncul begitu saja dan kemudian menghilang tiba-tiba tanpa ada satu orang pun yang tahu. Sejarah mencatat bahwa: Mukjizat berpindahnya gunung Mokkatam pasti mendatangakan kepanikan bagi orang-orang yang secara langsung menyaksikannya. Namun, ketika mereka tenang, mereka mulai turun gunung dan pulang ke rumah masing-masing. Bapa Patriak pun mencari kemana perginya Santo Simon, tetapi ia telah hilang dan tak pernah terlihat lagi. Namun kemurahan Tuhan akhirnya mengijinkan kita untuk menemukan tulang-belulangnya. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Tuhan, terimakasih Kau ijinkan aku membaca kehidupan kudus Santo Simon yang begitu indah. Aku berdoa padaMu ya Tuhan, agar apa yang telah aku baca dapat aku teladani dan aku lakukan di dalam hidupku sehari-hari. Berikan aku kemampuan agar aku dapat menjadi orang yang percaya dan teguh imannya padaMu, seperti Santo Simon The Tanner yang rela bermati raga untuk kemulianMu. Amin